Diduga Tercemar Limbah, Air Sungai Aek Sakur Di Titi Putih Gunung Melayu Rahuning, Menghitam dan Bau Menyengat

294
Foto : Kondisi air Sungai Aek Sakur (Titi putih) Desa Gunung Melayu, yang bermuara ke Sungai Asahan tampak berubah warna , diduga tercemar Cairan Limbah.

ASAHAN (Sumut) ketikberita.com | Belum selesai kepanikan sejumlah warga akibat munculnya Satwa Air jenis Buaya baru baru ini di Sungai Aek Sakur, yang masih dalam proses penjinakan oleh unit BKSDA Sumut, untuk di tangkap dan dipindahkan pada habitat alaminya,

Sungai Aek Sakur merupakan sungai yang mengalir dan bermuara ke Sungai Asahan.

Kini warga Dusun V seputaran Titi putih, Desa Gunung Melayu dan Desa Rahuning I , Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan di kejutkan dengan berubahnya warna Air Sungai Aek Sakur yang tadinya jernih menjadi Coklat kehitaman, hal ini terpantau langsung oleh kru media ini, Selasa (24/10/2023) siang.

Kami kaget, sekira jam 13.00 WIB, saya menerima laporan warga masyarakat yang menyebutkan jika warna air sungai Aek Sakur (Titi putih) menghitam, sontak, saya langsung meninjau ke aliran sungai, nyatanya benar, di samping warna air berubah ke hitaman, juga berbusa serta beraroma bau tidak sedap, seperti bau aroma limbah pabrik Kelapa Sawit yang menyengat baunya, kata Suriadi Kadus V Desa Gunung Melayu, kepada awak media Selasa (24/10/2023) jam 14.00 WIB.

Foto : Penampakan perubahan Warna Air sungai terpantau pada muara anak sunga, di hulu sungai Aek Sakur. Diduga berasal dari salah satu industri PKS yang beroperasi saat ini.(24/10/2023)

Masih kata Suriadi, menghitamnya warna air sungai ini berlangsung, sejak pagi tadi, hingga siang menjelang sore ini, tampak lebih pekat hitamnya di Aliran Air Sungai ini, sehingga kami menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menggunakan Air Sungai ini untuk berbagai kepentingan.

Terkait peristiwa ini.saya telah melaporkan kepada Kepala Desa Gunung Melayu, kata Suriadi

Kepala Desa Gunung Melayu, Syaiful Amri saat di konfirmasi melalui sambungan telepon, terkait perubahan warna air sungai Aek Sakur menjadi hitam, ia pun membenarkannya.

Benar, menurut laporan warga dan Kadus V Desa Gunung Melayu, dalam bentuk Foto dan Rekaman Video, sejak Pagi tadi (selasa-red), kondisi air Sungai Aek Sakur yang mengalir warnanya menghitam berubah dari biasanya jernih, ungkap Amri

Menurutnya, berubah nya warna Air sungai itu belum diketahui penyebabnya, dan kondisi ini, tentu sangat meresahkan warga masyarakat dusun V Desa Gunung Melayu, khususnya.

Karena sejumlah warga yang tinggal di bantaran sungai itu, senantiasa menggunakan air sungai itu untuk kepentingan hidup mereka, baik mencari ikan, penggunaan air untuk MCK hingga moda transportasi Air mengangkut buah Sawit, terangnya.

Pada sebagian warga ada pula yang masih menggunakan mesin Pompa air, yang pipanya dihubungkan langsung ke sungai, dan sementara ini himbauan untuk tidak menggunakan Air Sungai, sudah di lakukan, dan peristiwa ini, Sudah saya laporkan pada Camat Rahuning, untuk diambil langkah langkah bijak selanjutnya, pungkas Amri.

Terpisah, Ketua Pegiat Konservasi DAS ASAHAN – BARUMUN, Mislianto, di Pos sekretariatnya, di Pulau Rakyat, (24/10/2023) petang, menyesalkan peristiwa tersebut.

Kami sangat menyesalkan peristiwa pencemaran Sungai itu, katanya.

Menurut Mislianto, perubahan baku mutu Air sungai Aek Sakur, sejak pagi hingga sore ini, pasti ada penyebabnya.

Di Uraikan nya, jika meninjau ke hulu sungai tersebut, diketahui ada 2 unit PKS yang beroperasi saat ini, Yaitu PKS PT. Djaja Putra Indonesia (DPI) dan PKS PT. Asian Agri Kebun Batu Anam.

Sehingga kedua sumber limbah dari perusahaan industri Kelapa sawit itu, diduga berpotensi besar sebagai andil penyebab dugaan pencemaran ini, cetusnya.

Ditambahkan misli, bahwa sekira 3 (tiga) tahun silam, peristiwa serupa pernah terjadi.

Setelah di identifikasi oleh pihak berwenang, sumber limbah yang mencemari sungai itu, bersumber dari Bak Limbah PKS PT. DPI yang beroperasi di Desa Gajah Sakti Kec. Bandar Pulau, papar misli.

Oleh karena itu untuk menghindari dampak keresahan warga, pencemaran lingkungan, hingga ancaman punahnya Habitat Air serta makhluk hidup lainnya, kami mendesak Pihak Aparatur Penegak Hukum (APH) untuk menindaklanjuti peristiwa miris ini, Tandas Mislianto. (KBM)