Rapat Dewan Gubernur BI Pertahankan BI7DRR Sebesar 3,50%

564

JAKARTA ketikberita.com | Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Tgl 18-19 April 2022, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat terkait dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju.

Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat membacakan hasil RDG Bulanan Bulan April secara live streaming, Selasa (19/04/2022).

Di kesempatan itu, Gubernur BI ini juga menyampaikan Bank Indonesia (BI) terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan, serta meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan.

“Berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina berdampak pada pelemahan transaksi perdagangan, kenaikan harga komoditas dan ketidakpastian pasar keuangan global.di tengah penyebaran Covid-19 yang menurun, “ terang Perry Warjiyo.

Pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok dan India diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut sambungnya, Bank Indonesia merevisi prakiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 menjadi 3,5% dari sebelumnya sebesar 4,4%.

Volume perdagangan dunia juga diprakirakan lebih rendah sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung. Harga komoditas global mengalami peningkatan, termasuk komoditas energi, pangan dan logam, sehingga memberikan tekanan pada inflasi global.

Ketidakpastian pasar keuangan global juga masih tinggi seiring dengan masih berlanjutnya ketegangan geopolitik di tengah percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara maju termasuk AS, sejalan dengan semakin tingginya tekanan inflasi. Hal tersebut mendorong terbatasnya prospek aliran modal asing, khususnya portofolio, dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia. (r/red)