Home / Ketik Berita / Ekonomi & Bisnis / Mengenal Peran ETF dan Reksa Dana di Pasar Modal Indonesia

Mengenal Peran ETF dan Reksa Dana di Pasar Modal Indonesia

JAKARTA ketikberita.com | Di tengah peningkatan literasi dan akses ke pasar modal, produk investasi kolektif seperti reksa dana dan Exchange-Traded Fund (ETF) memainkan peran penting sebagai jembatan bagi investor ritel untuk ikut menikmati keuntungan pasar modal tanpa harus memilih saham satu per satu. Reksa dana adalah wadah yang menghimpun dana dari berbagai investor untuk dikelola oleh manajer investasi ke dalam portofolio saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau efek lainnya.

Sementara ETF pada dasarnya adalah salah satu bentuk reksa dana, yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa layaknya saham, sehingga menggabungkan kemudahan perdagangan saham dengan diversifikasi reksa dana. Hal inilah yang membuat ETF menarik bagi investor yang menginginkan likuiditas intraday sekaligus eksposur investasi terdiversifikasi.

Perbedaan pengalaman antara membeli reksa dana secara langsung lewat agen atau platform online dengan membeli ETF di bursa terasa ketika investor ingin masuk atau keluar posisi secara cepat. Unit reksa dana konvensional biasanya dibeli dan dijual berdasarkan nilai aktiva bersih (NAB) pada akhir hari, sementara ETF bisa diperdagangkan sepanjang jam bursa dengan harga yang bergerak mengikuti permintaan dan penawaran di pasar sekunder.

Selain itu, ETF memungkinkan strategi yang lebih fleksibel, seperti membeli secara intraday atau memasukkan ETF ke dalam mekanisme pasar modal seperti short selling dan margin (tergantung aturan dan fasilitas yang tersedia).

Data pasar menunjukkan peningkatan minat masyarakat pada produk-produk ini. Dari sisi jumlah produk ETF, Bursa Efek Indonesia (BEI) aktif mendorong pencatatan ETF. Pada awal 2025 tercatat puluhan produk ETF yang beredar (laporan menyebutkan terdapat 45 produk ETF tercatat di Oktober 2025), menandakan diversifikasi pilihan bagi investor yang ingin terpapar sektor, indeks, atau tema tertentu lewat instrumen bursa.

Untuk yang menimbang perbedaan jenis, ada ETF pasif yang meniru indeks dan ada juga produk ETF yang lebih aktif dikelola. Kehadiran ETF baru, termasuk rencana perluasan underlying (misalnya wacana ETF berbasis emas), menunjukkan bahwa ekosistem produk terus berkembang seiring kebutuhan investor.

Industri reksa dana di Indonesia menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa periode terakhir. Nilai dana kelolaan (AUM) industri reksa dana terus meningkat, pada Oktober 2025 tercatat total dana kelolaan industri reksa dana sekitar Rp621,7 triliun. Pertumbuhan AUM ini didorong oleh aliran dana ke berbagai jenis reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham serta kenaikan minat investor ritel yang semakin familiar lewat aplikasi fintech dan platform distribusi digital.

Dari jumlah reksa dana, ada sekitar 1.900 produk reksa dana dari berbagai jenis, yang berarti investor memiliki beragam pilihan strategi dan profil risiko. Namun, jumlah produk yang besar juga menuntut kewaspadaan. Tidak semua produk memiliki kinerja yang sama, dan biaya manajemen serta struktur fee bisa berbeda antar manajer investasi. Oleh karena itu, pemilihan reksa dana perlu didasari pemahaman tujuan investasi, horizon waktu, dan biaya yang dikenakan.

Dari sisi jumlah investor, inklusi pasar modal mengalami percepatan. Laporan OJK dan pelaporan pasar pada 2025 menunjukkan lonjakan jumlah investor pasar modal (dihitung lewat SID/KSEI), Single Investor Identification (SID) yang tercatat bergerak ke arah 18–19 juta investor pada periode pertengahan hingga akhir 2025. Menandakan bahwa akses dan minat investor ritel terhadap produk pasar modal, termasuk reksa dana dan ETF, mengalami peningkatan tajam. Pertumbuhan jumlah investor ini juga berkorelasi dengan peningkatan distribusi informasi edukasi dan kemudahan pembukaan akun yang ditawarkan oleh broker dan platform manajemen aset.

Bagi calon investor yang baru ingin memulai Investasi ETF, ada beberapa konsepsi praktis yang perlu diingat. Pertama, pahami tujuan investasi apakah untuk likuiditas jangka pendek, proteksi modal, atau pertumbuhan jangka panjang. Kedua, perhatikan biaya, fee manajer investasi, biaya pembelian/penjualan pada platform, dan spread ETF dapat memengaruhi hasil bersih. Ketiga periksa likuiditas ETF, cari ETF dengan ketersediaan kuotasi yang memadai, ketersediaan kuotasi antar ETF bisa sangat berbeda.

Terakhir, manfaatkan informasi indicative net asset value, laporan kinerja historis dan portfolio composition file untuk memahami komposisi aset, kebijakan investasi, serta risikonya. Informasi resmi OJK, BEI, dan KSEI serta laporan manajer investasi adalah sumber yang dapat dipercaya untuk verifikasi data. (r/BEI)