Anggota DPRD: Makam Kapitein Oey Kiat Tjin Layak Jadi Cagar Budaya

175

TANGERANG (Banten) ketikberita.com | Makam Kapitein Oey Kiat Tjin yang terletak di Kelurahan Nusa Jaya, Kecamatan Karawaci layak untuk dijadikan bangunan cagar budaya Kota Tangerang.

Hal itu dikatakan Anggota DPRD Kota Tangerang dari Fraksi PSI-NasDem Theresia Megawati Wijaya saat dihubungi via ponselnya, Minggu (30/4/2023).

Dirinya sudah menyampaikan rekomendasi cagar budaya itu kepada Pemkot Tangerang baik melalui Dinas Budpar atau pun pihak kecamatan/kelurahan.

Mega mengatakan, pada dasarnya Pemkot Tangerang tidak keberatan atas usulan untuk menjadikan makam yang terletak di tengah permukimam warga itu sebagai cagar budaya. Namun demikian, harus menunggu izin pihak keluarga terlebih dahulu.

Selagi menunggu kepastian izin keluarga, saat ini yang bisa dilakukan adalah membersihkan makam yang telah dipenuhi coretan itu. Seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu.

“Infonya keluarganya tinggal tidak jauh dari lokasi itu. Yang jelas kita sih inginnya agar makam itu jadi cagar budaya,” ungkap anggota Komisi 1 tersebut.

Dari berbagai literatur yang didapat, Oey Kiat Tjin adalah seorang Landheer Karawatji atau semacam tuan tanah yang kemudian menjadi Kapitein der Chinezen Tangerang atau pemerintahan sipil Tionghoa lokal terakhir di Tangerang pada tahun 1928.

Pemerintahan lokal ini merupakan bagian dari sistem kolonial Belanda. Oey Kiat Tjin menggantikan ayahnya yakni Oey Djie San yang wafat pada 11 Oktober 1925. Sang ayah diketahui menjabat sejak tahun 1907 dan wafat saat masih aktif bertugas.

Seorang kapitein pada zamannya memiliki kewenangan mengatur komunitas masyarakat yang dipimpinnya. Mulai dari urusan perizinan legal masyarakat, urusan politik, bahkan urusan ritual keagamaan. Ia mengepalai banyak wijkmeester (Tuan bek, jabatan setingkat lurah).

Oey Kiat Tjin juga diketahui memiliki seorang adik bernama Oey Kiat Ho seorang pemilik tanah dan pemimpin masyarakat yang terkemuka. Namun seperti ayahnya, Kapitein Oey Kiat Tjin juga meninggal saat masih menjabat di tahun 1934. Dengan demikian, dia hanya menjabat kurang lebih 6 tahun saja.

Disebutkan pula, areal kekuasaannya tidak hanya Karawaci dan Cilongok saja, juga sampai ke Gerendeng, Gandu, dan Cibodas. Total kekayaannya menurut literasi lainnya sekitar 600.000 Gulden Belanda. Di masanya, dengan 10-20 Gulden saja orang sudah bisa hidup cukup. Sayangnya kini, kondisi makam dalam keadaan tak terurus.

Berbagai bekas aksi vandalisme nampak di sekitar makam yang mempunyai arsitektur khas China tersebut. Bangunan makam pada masanya nampak megah dengan bentuk mirip pendopo rumah dengan ditopang 10 tiang utama.

Tinggi pendopo kurang lebih 2,5 meter hingga 3 meter. Terdapat tulisan Kapitein Oey Kiat Tjin tepat di atas bangunan pendoponya. Makam ini kini dikelilingi rumah warga pada sebuah areal lahan kosong. (mir)