Akses Pembiayaan Digital BukuWarung Tingkatkan Transaksi Hingga 140%

158

JAKARTA ketikberita.com | Sudah bukan rahasia lagi bahwa UMKM adalah salah satu penyumbang terbesar ekonomi bangsa Indonesia. Namun apakah para pelakunya sudah mendapatkan akses prioritas untuk mencapai kemandirian finansial? Apakah segala kebutuhannya telah terpenuhi demi memaksimalkan aktivitas jual beli?

Ike Trisnawati, Srikandi UMKM dari Tangerang, satu dari 65 juta pelaku UMKM yang sedang berjuang menggapai mimpinya. Sejak tahun 2004, Ike memiliki toko sembako yang sehari-harinya menjual berbagai kebutuhan rumah tangga seperti bahan makanan, kue-kue tradisional, bahkan pulsa. Situasi pandemi tak membuatnya terpuruk. Walaupun penjualan sempat menurun, ia bertekad untuk tidak menyerah. Ia sadar, banyak yang bergantung pada roda usahanya. “Saya punya dua anak yang ingin saya sekolahkan sampai lulus kuliah,” ucap Ike.

Namun di perjalanan pengembangan usahanya, impian Ike terhalang oleh permasalahan klasik terjadi pada UMKM, yaitu modal yang terbatas.

Seperti banyak pelaku UMKM lainnya, Ike mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari perbankan, baik karena kendala teknis, seperti tidak mempunyai atau tidak cukup agunan, maupun kendala non-teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Hasil survei oleh BPS (2020) pun menunjukan bahwa 69,02% pelaku UMKM masih membutuhkan bantuan modal usaha.

Digitalisasi tingkatkan resiliensi UMKM hadapi gejolak ekonomi

Pelaku UMKM kini dapat memanfaatkan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas akses pasar melalui situs e-commerce. Pemerintah pun telah menargetkan jumlah UMKM yang onboarding sebanyak 24 juta di tahun 2023 dan 30 juta di tahun 2024.

Selain upaya perluasan akses pasar, digitalisasi juga mendekatkan UMKM dengan akses pembiayaan. Sebagai alternatif pembiayaan dari perbankan konvensional, keberadaan inovasi keuangan digital, seperti fintech, kini dapat menjadi solusi yang mempermudah UMKM mengakses pembiayaan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2022, fintech peer-to-peer lending dan lembaga pembiayaan telah menyalurkan 32,97 persen dari penyaluran pinjaman atau sebesar Rp151,9 triliun kepada pelaku umkm dan sektor produktif lainnya. Presentasi tersebut lebih tinggi daripada industri perbankan yang baru mencapai sekitar 19,7% atau Rp1.214 triliun dari total kredit perbankan yang mencapai Rp6.155 triliun, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada bulan yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dilihat dari portofolionya, fintech lebih agresif dalam memberikan akses pembiayaan kepada UMKM dan sektor produktif lainnya dibandingkan perbankan.

Transaksi Digital Permudah Akses Pendanaan UMKM

BukuWarung adalah aplikasi keuangan lengkap untuk UMKM yang menyederhanakan dan mendigitalkan proses bisnis, proses pembayaran dan membuka akses pembiayaan. Sejak 2021, BukuWarung telah bekerja sama dengan mitra-mitra yang telah mendapatkan izin OJK sebagai fintech peer-to-peer lending untuk tingkatkan inklusi keuangan dengan memberikan solusi permodalan untuk UMKM.

Kerangka penilaian pinjaman bagi UMKM didapat dari pencatatan transaksi digital di aplikasi BukuWarung, yang kemudian diteruskan ke pihak fintech peer-to-peer lending untuk diolah dalam scoring grade dan juga melalui validasi data dan cek lapangan. Sejak 2021 hingga 5 April 2023, BukuWarung telah membuka akses pembiayaan senilai Rp433,9 miliar.

Romy Williams, VP Strategic Partnership, Compliance and Legal BukuWarung, mengatakan pertumbuhan transaksi yang diraih oleh BukuWarung adalah berkat dukungan dan kontribusi yang tak ternilai dari penggunanya.

“Di BukuWarung, kami membangun komunitas untuk tumbuh bersama dengan para pengguna kami dan berkomitmen untuk tetap teguh dalam menyediakan akses pembiayaan digital guna mendorong inklusi keuangan bagi seluruh pelaku UMKM di Indonesia,” kata Romy.

Keuntungan pemanfaatan solusi permodalan dari BukuWarung juga dirasakan oleh Ike yang telah berhasil melakukan ekspansi usahanya dengan membuka toko konter pulsa. Dengan membuka toko baru, Ike terus mengalami peningkatan produktivitas, dari sebelumnya hanya 1.000 transaksi per bulan menjadi 1.500 transaksi atau setara dengan peningkatan sebesar Rp5 juta per bulan.

“Sebagai pelaku UMKM, kita harus mau belajar untuk bisa naik kelas. Impian saya adalah membuka satu toko konter pulsa lagi karena permintaan dari pelanggan sudah banyak. Insya Allah tahun ini, toko ketiga kami bisa segera dibuka,” tutup Ike.

Hal serupa dialami oleh pengguna-pengguna BukuWarung lainnya. Berdasarkan data internal BukuWarung, dari 100 Merchant yang mengajukan pinjaman, mereka mencatatkan rata-rata pertumbuhan transaksi (total payment value/TPV) sebesar 140,34% atau naik 2,4 kali lipat 3 bulan setelah mencairkan pinjaman. (red)