Seminar Strategic Issues In G20, Perry Warjiyo: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diperkirakan Sebesar 4,7-5,5 Persen Di Tahun 2022

400

MEDAN ketikberita.com | Bank Indonesia (BI) menggelar Seminar Strategic Issues In G20 : Exit Strategy dan Scarring Effect Post Covid-19 secara live streaming, Senin (21/03/2022).

Di mana, seminar tersebut dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI, Dody B Waluyo, Kepala KPw BI Provinsi Sumut, Doddy Zulverdi, Kepala Bank Indonesia Institute, Yoga Afandi, Kepala BI Provinsi Sulawesi Selatan, Causa Iman, Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Anung Herlianto.

Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi Badan Usaha BAKTI Kominfo, Dhia Anugrah Febriansa, Ekonom dan Pendiri CORE Indonesia, Hendri Saparini, Ketua ISEI Cabang Medan, Prof Dr Ramli, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Prov Jateng, Peni Rahayu, Ketua KADIN Jawa Tengah, Harry Nuryanto, Akademisi UNHAS, Andi NB Maseppe, Perwakilan Telkom Regional VII, Feronika, Peneliti Senior Indonesia Financial Group, Ibrahim Kholilul, CEO PT Hensel Davest Indonesia, Hendra David, dan Ekonom Bank Permata, Josua Pardede.

Dalam seminar itu mencuat bahwasanya pemulihan ekonomi global yang berlangsung termasuk di Indonesia dibayangi tiga fenomena utama pada beberapa waktu terakhir.

Pertama, normalisasi kebijakan negara maju yang mulai terindikasi dari kenaikan suku bunga AS. Kedua, dampak luka memar yang berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi, antara lain terhadap pemulihan di sektor dunia usaha dan upaya transformasi di sektor riil untuk mendorong daya saing dan produktivitas, serta transisi ke ekonomi hijau dan keuangan yang berkelanjutan.

Ketiga, ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang berdampak pada pemulihan ekonomi global berupa kenaikan harga-harga komoditas global, baik energi dan pangan yang berdampak pada inflasi sejumlah negara.

Dampak lainnya adalah gangguan dalam mata rantai perdagangan global yang memengaruhi distribusi dan volume perdagangan serta pertumbuhan pada ekonomi global, serta pada jalur keuangan di mana terjadi pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman (safe haven asset), sehingga dapat berdampak pada stabilitas eksternal dan nilai tukar.

Sementara itu Gubernur BI, Perry Warjiyo pada kesempatan itu menekankan pentingnya agenda prioritas finance track Presidensi G20 yang dapat berperan dalam upaya mengatasi fenomena dimaksud.

Lebih lanjut, BI meyakinkan bahwa ekonomi Indonesia akan lebih baik dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sebesar 4,7-5,5% pada tahun 2022, didukung peningkatan ekspor dan konsumsi rumahtangga. “Animo positif juga datang dari investasi, serta stimulus dari Pemerintah dan BI, “tutup Perry Warjiyo. (red)

 

Artikulli paraprakPati Tutup Rangkaian Program Pemberdayaan UMKM BukuWarung di Jawa Tengah
Artikulli tjetërMemelihara dan Mengasah Kemampuan, Perwira Kodim 0117/Atam Menembak Pistol