MEDAN ketikberita.com | Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Nurul Hasanudin mengungkapkan inflasi yang terjadi di Sumut ini lebih rendah dari nasional sebesar 0,19 persen.
“Berdasarkan kelompok pengeluaran, makanan, minuman dan tembakau andilnya paling besar yakni 0,19 persen. Disana kita lihat ada beras sebagai penyumbang dominan, tidak hanya terjadi Sumut namun juga secara nasional,” ucapnya dalam paparan secara virtual, Senin (2/10/2023).
Kalau dilihat pergerakan harganya, rata-rata sudah berada pada level Rp 13.659 per Kg.
“Harga ini kita (BPS) dapat dari berbagai pasar kita dipantau,” jelas pria yang akrab disapa Hasan ini.
Dibandingkan dengan bulan Agustus 2023, kenaikan harganya cukup tinggi, mencapai 3,89 persen, atau naik rata-rata Rp 500 per Kg.
Dari Januari 2023, beras masih berada di level harga Rp 12.700 per Kg, sehingga terjadi inflasi hingga 12,33 persen.
“Tentunya ini menjadi perhatian. Terkait bagaimana pasokan, dan antisipasi dampak elnino dan panen yang menurun,” ungkapnya.
Jika dilihat dari 5 Kota IHK, inflasi beras tertinggi dari Kota Padangsidimpuan dengan andil 0,42 persen. Kemudian Sibolga dengan andil 0,32 persen, Gunungsitoli sebesar 0,23 persen, Medan sebesar 0,16 persen, dan terkecil Pematangsiantar dengan 0,10 persen.
Selain kenaikan harga beras, kenaikan biaya pendidikan juga berpengaruh beras terhadap inflasi Sumut di September 2023.
Kenaikan biaya pendidikan juga mendominasi dengan andil sebesar 0,11 persen. Menurut Hasan, kenaikan uang kuliah menjadi penyebab tingginya inflasi pendidikan di Sumut.
Kemudian Hasan menjelaskan, dari 5 kota yang dihitung Indeks Harga Konsumen (IHK), seluruhnya terjadi inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Padangsidimpuan dengan inflasi 0,49 persen, kemudian Sibolga sebesar 0,44 persen, Gunungsitoli dan Medan sebesar 0,38 persen dan terendah Pematangsiantar sebesar 0,16 persen. (red)