MEDAN ketikberita.com | Selamat saya ucapkan hari raya Deepavali bagi kita semua masyarakat Hindu keseluruhan. Karena kita jadikan Hari Raya Deepavali ini merupakan hari Kemenangan bersama. Dan sekarang kita membuktikan bahwa acara Deepavali ini bukan saja datang dari umat Hindu, tapi ada tamu yang beragama Musim, Kristen dan Budha.
Dan inilah bentuk Toleransi umat beragama kita, dan ini juga merupakan Foto kecil keberagaman di Bangsa Indonesia yang harus kita junjung tinggi. Dan dengan Tema kita merupakan “Semangat Moderasi Beragama” di Yayasan Pendidikan Raksana. Jadi kita harus menang dalam segala hal, kemenangan dari Penerangan atas kegelapan, Kejahatan atas Kebaikan dan Pengetahuan atas Ketidak Pengetahuan.
Jangan di biarkan Deepavali ini sebagai sebuah Seremonial aja, tapi harus kita mengimplementasikan di tengah masyarakat. Hal tersebut diungkapkan yang mewakili Yayasan bidang HRD Frangklin Manulang S. S usai acara di Yayasan Sekolah Pendidikan Raksana Sabtu (12/11/2022).
Ditanya sejauh tingkat Toleransi Beragama di wilayah Yayasan Raksana, Franklin mengatakan bahwa Toleransi beragama di Sekolah Pendidikan Raksana cukup tinggi, dan itu kami buktikan setiap agenda keagaaman dan semua agama, kami akan melaksanakannya, baik itu Maulid, Nataru (Natal dan Tahun Baru) dan Deepavali.
Seperti minggu kemarin umat Islam kami merayakan Maulid Nabi, dan nanti bulan Natal akan kami mengadakan kegiatan keagaaman, tapi itu tergantung dari pihak masing-masing Guru agamanya, dimana di adakan acara Keagaaman, untuk acara Natal nanti kami mengadakan di Gereja GKPI jalan Sriwijaya, tidak di sekolah. Jadi silahkan aja semua datang, baik muslim maupun agama Hindu juga bisa datang. Dan kemarin kami mengadakan Maulid di Mesjid Aceh Sepakat.
Ditanya lagi tentang Kemenangan lahir, apakah kemenangan bathin juga diterapkan kepada semua murid, artinya Pembinaan Mental. Franklin mengatakan bahwa kami pihak Yayasan Sekolah Raksana akan terus memberikan Pembinaan Mental dan Bathin, kita akan selalu memberikan siraman Rohani, agar anak-anak didik kami di Yayasan Raksana tidak berbuat macam-macamlah, seperti mabuk-mabukan, berbuat anarkis, Mabuk, Narkoba bahkan Narkoba.
Jika kami mendapatkan anak Siswa didik di Yayasan Raksana, maka kami akan memberikan teguran pertama, ketika mereka terus melakukan nya, maka kami akan mengirimkan surat untuk keluar dari sekolah.
Tapi kami tetap mengedepankan Pembinaan Mental dulu. Makanya kami mengharapkan agar anak didik di Yayasan Raksana, janganlah berbuat macam-macam, kasihanlah Orang tua yang mahal-mahal membayar uang sekolah.
Ditanya lagi apakah mau jika Hari Raya Deepavali ini menjadi hari libur Nasional, Franklin mengatakan sangat mau sekali, jika Hari Raya Deepavali ini menjadi libur Nasional atau tanggal merah, karena memang tinggal Hari Raya Deepavali yang belum dijadikan sebagai libur Nasional, sementara hari raya Imlek sudah tanggal merah.
Hal senada diungkapkan Ketua Panitia Jaya Silen bahwa dalam menyambut hari Kemenangan Deepavali ini, maka akan muncul satu kemenangan, dimana kemenangan itu harus di dasari dengan Keimanan, jadi kalau kita umat beragama yang beriman, maka semua itu akan ringan dan mudah apa yang kita dikerjakan, termasuk diantara nya menjalankan Toleransi. Karena Kalau sudah panggilan iman dan ada panggilan hati, maka kita akan merangkul semua Agama.
Apapun agamanya maka kita masih di dalam cengkraman burung Garuda. Termasuk kami yang warga Tamil di Indonesia, kami menghargai Simbol atau lambang Negara Indonesia. Makanya kami sangat Cinta dengan Indonesia. Bahkan saking cintanya kami dengan Negara Indonesia, kami sudah lupa Bahasa Ibu kami.
Di Tanya Supaya Budaya itu tidak hilang yaitu mempertahankan Bahasa Ibu, apakah di Sekolah Raksana tidak ada Kurikulum Bahasa Tamil. Jaya Silen mengatakan bahwa kami di Sekolah ada Kurikulum Bahasa Tamil itu namanya “Pasaraman”. Makanya generasi sekarang ini kita mulai menginput dan mengajarkan kembali bahasa Tamil.
Dan mudah-mudahan pihak Yayasan mau bahwa Kurikulum Bahasa Tamil masuk dalam Nilai Raport. Jadi harus ada sangsi anak-anak ini, ketika dia tidak mau belajar bahasa Tamil, maka nilainya merah. Tapi anak-anak ini sulit untuk mau ikut belajar berbahasa Tamil. Makanya akan kita beri rangsangan seperti diberi buku gratis dan diberikan Snack gratis.
Makanya saya harapkan kepada Anak-anak generasi Warga Tamil, agar maulah untuk berbahasa Tamil, supaya tidak hilang Bahasa Ibu kita. Karena malu kita jika ada warga India Tamil dari Malaysia datang atau dari Negara India Tamil itu sendiri, maka kita tidak bisa bahasa Tamil dan kita malu, hanya bisa memakai bahasa gestur tubuh saja. (Said Kamal Al-Habsy S. Sos “Dewa)