Pendahuluan
Tidak jarang kita menyaksikan seorang karyawan bekerja melebihi tugas dan tanggungjawab
yang diberikan kepadanya. Mereka rela bekerja diluar jam kerja yang telah ditetapkan. Ada
juga dalam sebuah tim yang rela mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan tugas dari
timnya. Contoh perilaku ini pasti pernah kita temukan karena beberapa karyawan atau
kelompok memiliki perilaku seperti ini.
Perilaku karyawan yang seperti ini diistilahkan dengan Organizational Citizenship Behaviour
(OCB). Secara sederhana OCB ini merupakan perilaku karyawan yang secara sukarela
mengerjakan pekerjaan yang melebihi dari standar tugas yang diberikan kepadanya demi
membantu keberlangsungan dari organisasi dalam mencapai tujuan.
OCB merupakan perilaku yang didasarkan atas inisiatif individu yang tidak dikaitkan dengan
sistem reward (Organ, 1977) dan tidak terdapat dalam deskripsi kerja karyawan.
Jika dalam sebuah perusahaan terdapat karyawan yang memiliki OCB, ini merupakan asset
bagi perusahaan tersebut. Karyawan dengan model seperti ini akan mudah menaati perintah
atasannya tanpa berpikir telebih dahulu tentang apa yang akan diperolehnya dari perintah
dan penugasan tersebut.
Secara Psikologis jika karyawan memiliki OCB dalam dirinya itu biasanya didasari atas
beberapa motif yang beraneka ragam, diantaranya adalah dasar niat ikhlas karena Allah SWT,
rasa memiliki terhadap perusahaan, merasa menjadi bagian terdekat dari organisasi. Inilah
yang disebut dengan “citizenship”.
Dimensi OCB Dalam Keikhlasan
Secara umum mengenai OCB selalu mengambil pandangan Barat, bahkan yang membahas
dari sudut pandang Islam sangat jarang ditemukan. Walau demikian, ayat Al-Quran sangat
banyak yang menjelaskan tentang bekerja dengan ikhlas, saling tolong menolong dan ikhtiar
manusia untuk mendapatkan tujuan. Berikut beberapa dimensi OCB dalam Keikhlasan dari
sudut pandang Islam.
1. Pengertian Ikhlas; banyak pendapat ulama mengenai apa itu ikhlas. Ada yang
mengartikannya dengan mengerjakan segala sesuatu tanpa mengharapkan imbalan
baik dunia maupun akhirat, Imam Al-Junaid memberikan definisi Ikhlas sebagaiperbuatan menjernihkan amal-amal dari hal-hal yang mengotorinya. Dengan
demikian ikhlas disini sebagai kebalikan dari riya’.
2. OCB sebagai bentuk Kerja Ikhlas; Orang yang ikhlas senantiasa beramal dengan
sesungguh hati, baik ketika sendiri maupun disaat ramai, ketika dipuji atau tidak.
Berbeda dengan orang yang pamer atau riya’, dia akan rajin ketika ramai dan malas
ketika sendirian. Orang yang ikhlas akan melakukan tugasnya dengan baik dan tidak
merasa ragu melakukan tugas lain diluar tugas yang telah diberikan kepadanya.
3. OCB Sebagai Jalan Mendapat Keridhaan dari Allah SWT; Perilaku OCB dari individu
atau kelompok yang dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih dan tanpa motivasi negatif
tentu itu dilakukan semata-mata ingin mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Nabi
Muhammad pernah ditanya sahabat tentang perbuatan yan lebih baik dari Jihad, Nabi
menjawab bahwa yang lebih mulia adalah seseorang yang keluar dengan
mengorbankan diri dan hartanya dengan tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Dalam hal ini, OCB yang dilakukan tanpa motivasi mendapatkan reward adalah
sebagai hal yang akan mengantarkan kepada keridhaan dari Allah SWT.
4. OCB sebagai bentuk Ta’awun; Dalam Q.S Al-Maidah : 2 Allah SWT berfirman “Dan
tolong menolonglah kamu (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Perintah ayat ini untuk
orang yang beriman agar saling bantu membantu dalam hal kebaikan dan taqwa ,
sebaliknya dalam ayat ini Allah SWT melarang bekerjasama dalam berbuat kebatilan
dan perbuatan dosa. Bantuan dalam hal kebajikan yang dilakukan untuk saudaranya
yang lain akan dihitung Allah SWT sebagai bentuk sedekah.
Perilaku keseimbangan sebagaimana yg terkandung dalam Q.S Al Asri yaitu keseimbangan
dalam Iman dan Amal Shaleh, amal shaleh tersebut merupakan hal yang menguntungkan
untuk kepentingan umum. OCB telah dicontohkan Rasulullah ketika berdakwah. Rasul
mencurahkan pikiran, jiwa dan raganya untuk ummat dan hal itu dilakukan oleh Rasulullah
tentu dengan keikhlasan. Islam berterima disemua lapisan tidak terlepas dari OCB yang
dipraktikkan langsung oleh Rasulullah SAW. OCB yang dipraktikkan tersebutlah yang kita
kenal dan rasakan sekarang ini, yaitu Rahmatan lil alamin. Wallahu a’lam.
Penulis adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Panca Budi Medan