JAKARTA ketikberita.com | Makanan dan minuman manis banyak digemari masyarakat. Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2018 menyebutkan bahwa tingkat konsumsi makanan manis ada sekitar 87,9% dan 91,49% untuk minuman manis.
Angka yang sangat tinggi ini dapat terus meningkat seiring meningkatnya gaya hidup instan dan banyaknya hidangan manis yang disajikan menarik, mudah didapat, dan harganya pun terjangkau. Kabar buruknya, semakin banyak kita mengonsumsi gula akan semakin mudah terkena diabetes.
Diabetes merupakan penyakit kronis atau bersifat menahun yang dapat mengganggu metabolik karena gula dalam aliran darah telah melebihi batas normal. Jika menetap dalam waktu lama dapat mempengaruhi pembuluh darah, saraf, mata, ginjal dan sistem kardiovaskuler. Secara bertahap berkembang menjadi penyakit komplikasi diabetes, seperti serangan jantung, stroke, infeksi kaki berat hingga bisa diamputasi, gagal ginjal, dan disfungsi seksual.
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan pesat selama satu dekade terakhir dan diperkirakan dari rasio 19,47% akan meningkat 47% hingga 28,57 juta jiwa pada tahun 2045. Menguatkan data bahaya bagi penyuka makanan manis bahwa P2PTM Kemenkes RI juga memperkirakan bahwa jumlah penderita diabetes dapat meningkat hingga 30 juta orang pada 2030.
Banyak penderita diabetes yang tidak menyadari kondisinya. Ada juga yang sudah tahu, tetapi abai untuk mengobati dan tidak mengubah gaya hidupnya sehingga jumlah pasien diabetes termasuk penyakit komplikasi akibat diabetes pun terus bertambah. Demikian juga jumlah kematian akibat diabetes. Ada sekitar 57,42 kematian akibat diabetes per 100.000 penduduk berdasarkan data Institute for Health Metrics and Evaluation, tahun 2019.
Sebagai perusahaan asuransi yang memiliki produk asuransi kesehatan yang telah dimanfaatkan oleh banyak masyarakat Indonesia, Sequis juga memperhatikan kondisi ini. Berdasarkan data perusahaan, hingga Oktober 2023, terdapat lebih dari 300 kasus penyakit terkait diabetes dengan jumlah klaim & manfaat kesehatan diabetes yang telah dibayarkan oleh Sequis Life mencapai lebih dari Rp3,737 miliar. Adapun hingga Oktober 2023, Sequis Life sudah melakukan kewajiban untuk pembayaran klaim & manfaat dibayar sebesar Rp1,164 triliun (sumber: laporan keuangan Sequis Life per Oktober 2023 di sequis.co.id).
Tingginya jumlah klaim diabetes dan klaim kesehatan yang telah dibayarkan oleh Sequis menurut Head of Department Underwriting Sequis dokter Fridolin Seto bisa menjadi pengingat bahwa kita perlu mempraktekkan gaya hidup sehat agar kita dapat beraktivitas dengan baik, berkesempatan berumur panjang, dan lebih mudah mengajukan asuransi.
Dr Seto juga mengingatkan bagi masyarakat yang akan mengajukan asuransi jiwa dan kesehatan agar menginformasikan riwayat penyakit sesuai kondisi termasuk jika ada riwayat diabetes. Hal ini karena nasabah harus membayar premi secara regular sedangkan informasi kesehatan yang tidak benar dapat menyebabkan penolakan klaim. Padahal, biaya pengobatan penyakit diabetes membutuhkan biaya yang tinggi dan berlangsung lama.
Kepedulian kita akan perubahan gaya hidup tidak saja bermanfaat bagi diri sendiri. Kesadaran secara masif dapat juga bermanfaat agar tingkat keluhan kesehatan tidak terus bertambah sebagaimana Data BPS menunjukkan ada peningkatan rasio jumlah penduduk Indonesia yang mempunyai keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir pada 2022 menjadi 29,94% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 27,23%.
“Diabetes termasuk “silent killer”. Penderitanya bisa tidak menyadari gejala sampai mengalami sakit bahkan terjadi komplikasi dan berakibat fatal. Bagi masyarakat yang sudah terkena diabetes maka perlu rutin melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa serta tes hemoglobin A1c (HbA1c) minimal tiga bulan sekali termasuk memonitor angka tes tersebut. Pasien juga harus minum obat dengan dosis sesuai anjuran dokter, batasi makanan yang mengandung gula, lemak, dan natrium serta rutin berolahraga dan melakukan aktivitas fisik,” sebut dr Seto.
Dokter Seto mengajak masyarakat melakukan tindakan preventif yang dapat dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga yakni mengurangi konsumsi gula, aktif bergerak rutin, dan rutin melakukan pengukuran gula darah sehingga dokter dapat melakukan penegakan diagnosis kepada pasien bila dari hasil pemeriksaan gula darah telah melebihi batas normal. Penyakit diabetes melitus sebaiknya segera ditangani sebelum kondisi tubuh semakin memburuk. (r/red)