Tradisi Menganyam Tikar Pandan Harus Dilestarikan

512

ACEH SINGKIL ketikberita.com | Kita ketahui bersama Aceh Singkil kaya akan sumber daya alamnya khususnya dibidang kerajinan tangan jenis tikar (belagen) yang sudah ada secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang Aceh Singkil pada zaman dahulu kala.

Tikar atau belagen tersebut terbuat dari pandan berduri (bengkuang) yang tumbuh subur dihutan, di belakang pemukiman rumah warga Ucap Mijah salah seorang emak – emak yang sehari – harinya mengayam tikar, Rabu (2/3/2022).

Lanjut Mijah, ia juga menerangkan proses pembuatan belagen ini yang pertama mengambil pandan menggunakan pisau atau parang helai demi helai sesuai dengan kebutuhan dan membuang durinya.

Yang kedua, pandan tersebut dibelah kecil kecil menjadi beberapa bagian. yang ketiga direbus dulu didalam belanga, setelah direbus pandan tersebut dijemur sampai kering sesudah itu, siap untuk dianyam.

Kemudian tambah Mijah, pada masa dulu sewaktu kami masih berada bertempat tinggal daerah aliran Sungai Desa Pemuka lama, tikar pandan ini banyak kegunaannya selain untuk dipakai dirumah, berguna juga untuk acara adat Mido tawar di acara pesta pernikahan maupun sunat rasul. Terangnya

Selain itu, anyaman tikar pandan ini dapat mendatangkan nilai ekonomis yaitu bisa dijual dan harganya sesuai dengan ukuran. Biasanya harga pasaran kalau ukuran besar seharga Rp. 150.000, ukuran sedang 50.000, ukuran kecil Rp. 25.000. pungkasnya

Pembuatan tikar pandan ini hanya dari kalangan emak – emak – emak bahkan yang masih anak – anak gadis pun sudah pandai menganyam. Akan tetapi anak – anak gadis sekarang kalau ditanya tau menganyam tikar mereka menjawab tidak tau padahal mereka tau mungkin karena malu. Imbuhnya

Pandan ini selain dijadikan tikar ada juga yang mengolahnya menjadi kampi tempat beras, dijadikan topi. dan lain sebagainya.

Terakhir Mijah berharap tradisi menganyam ini jangan pudar b tetap dilestarikan sampai ke anak cucu. (R84)