Tak Terima Tempat Usahanya Disurati, Pengelola Cafe In Menjawab Dengan Kekerasan

387

SERANG (Banten) ketikberita.com | Rahmat SH, Ketua DPC Kota Serang, LSM Geram Banten Indonesia melalui pesan WhatsAppnya menceritakan kronologis upaya tindak kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang tak dikenal terhadap dirinya, saat dia memenuhi undangan dari Cecep, Ketua LSM Cakra Buana di Saung yang berlokasi di Komplek Griya Permata Asri,blok A7 nomor 25 Kota Serang.

Kedatangan Rahmat atas permintaan dari Cecep melalui sambungan telepon, karena di Saungnya (Cecep-red) sudah menunggu beberapa orang yang ingin bertemu dengannya, terkait surat yang dilayangkan LSM Geram DPC Kota Serang kepada pengelola CaFe’IN,yang berlokasi di Kota Serang.

Beberapa orang itu datang ke Saung Cecep, karena berpatokan kepada alamat surat LSM Geram DPC Kota Serang yang masih menggunakan alamat lama, yaitu alamat sekretariat bersama (Saung Cecep-red).

Berikut penuturan lengkapnya, sesuai dengan pesan WhatsApp yang dikirimkan Rahmat kepada redaksi.

Pada hari Senin tanggal 05 September 2022 , saya posisi sedang di kantor sekretariat LSM Geram Banten Indonesia, DPC Kota Serang, berlokasi di Perumahan Puri Anggrek, blok F nomor 24, RT 20 RW 05, Kelurahan Kalodran Kecamatan Walantaka, Kota Serang.

Saya di telepon pak Cecep untuk datang ke Saungnya, sekira pukul 16:20 saya langsung kesana, setelah saya ke sana ada enam orang termasuk Cecep di lokasi saung daerah Komplek Gria Permata Asri blok A7 nomor 25.

Tiga orang tak dikenal itu menyebutkan namanya,L,M dan H sedangkan yang dua tidak menyebutkan namanya.

Setelah saya duduk, mereka bertanya tentang surat yang LSM Geram DPC Kota Serang layangkan kepada pengelola CaFE’ IN.

Saat saya menjelaskan tentang surat,tiba -tiba L langsung bilang begini, “Sudah jangan bertele-tele, kalau cari uang di Serang (Kota Serang-red) jangan begitu, harus sopan,” katanya kepada saya, sambil caci maki gunakan bahasa yang tidak enak di dengar.

Tidak lama setelah itu, H juga ikut ngamuk, mengancam dan ngajak duel, tapi saya tetap menjelaskan persoalan surat, namun mereka makin marah sambil mengancam seperti yang ada dalam rekaman yang saya punya.

“Saya di suruh minta maaf, saya jadi bingung salahnya di mana, kenapa harus minta maaf”.

Akhirya untuk meredam suasana, saya rangkul mereka sambil salaman (jabat tangan-red), namun mereka tetap marah gak jelas arahnya.

Sambil berpamitan pulang, H mengucapkan ancaman begini, “Saya buat cacat kamu di jalan”.
(red)