Sektor Jasa Keuangan Terjaga, OJK Perkuat Sinergi Dukung Pertumbuhan Ekonomi dan Program Prioritas Sumatera Utara  

14

MEDAN ketikberita.com | Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara mencatat sektor perbankan dan ekonomi di Sumatera Utara tetap menunjukkan kinerja yang positif. Pada tahun 2024, secara kumulatif perekonomian Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,03 persen, meningkat dari 5,01 persen pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera yang tercatat sebesar 4,45 persen, dan sama dengan Nasional sebesar 5,03 persen.

Hal tersebut disampaikan Khairul Muttaqin (foto), Kepala OJK Provinsi Sumut dalam kata sambutannya pada Buka Puasa Bersama Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan Sumatera Utara (Forkom IJK Sumut) bersama Media Partner OJK Provinsi Sumut, di Gedung Menara Mandiri di Jalan Pulau Pinang, Medan, (11/03/2025).

Disebutkanya, Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga, meskipun ada tantangan dari permintaan global yang melemah. Inflasi tetap terkendali, dengan tingkat inflasi inti naik sedikit menjadi 2,48% pada Februari 2025. Pemerintah juga meluncurkan program makanan gratis untuk anak-anak dan ibu hamil guna mengatasi masalah malnutrisi.

Dari sisi pengeluaran, ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan. Peningkatan ekspor sejalan dengan kenaikan harga komoditas unggulan Sumatera Utara, seperti CPO, karet, dan kopi, yang menguat di pasar global. Investasi mengalami akselerasi, terutama di sektor perkebunan, didorong oleh realisasi belanja pemerintah daerah yang meningkat serta berbagai agenda nasional, termasuk Pemilu Presiden, Pilkada serentak, dan PON XXI. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh meskipun lebih moderat, didukung oleh penyaluran bantuan sosial dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian dan konstruksi menjadi kontributor utama pertumbuhan, seiring dengan kuatnya ekspor kelapa sawit dan percepatan pembangunan infrastruktur. Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, didorong oleh meningkatnya mobilitas masyarakat. Namun, sektor industri mengalami perlambatan akibat melemahnya aktivitas manufaktur di negara mitra dagang utama. Pada triwulan IV 2024, sektor pertanian semakin terakselerasi dengan meningkatnya produksi pangan dan hortikultura, didukung oleh momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang turut mendorong aktivitas peternakan.

Di sisi lain, arus barang yang lancar menjelang Natal dan Tahun Baru berkontribusi pada pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan. Sektor konstruksi mengalami peningkatan signifikan seiring dengan percepatan penyelesaian proyek infrastruktur strategis pemerintah, seperti jalan tol, jembatan, bendungan, dan proyek lainnya menjelang akhir tahun.

Sektor jasa keuangan juga terus berperan penting dalam mendorong perekonomian Sumatera Utara. Penyaluran kredit melanjutkan tren pertumbuhan yang meningkat. Risiko kredit tetap terjaga dengan tingkat non-performing loan (NPL) yang rendah. Kredit produktif khususnya menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi pada 4 bulan terakhir di tahun 2024, menunjukkan meningkatnya kepercayaan pelaku usaha dalam ekspansi bisnis serta dukungan perbankan yang lebih kuat terhadap sektor-sektor produktif, sejalan dengan pemulihan ekonomi dan prospek investasi yang membaik.

Dengan tren pertumbuhan ekonomi yang solid dan dukungan kuat dari sektor jasa keuangan, Sumatera Utara menunjukkan ketahanan yang baik dalam menghadapi dinamika perekonomian global dan nasional. Ke depan, sinergi antara pemerintah dan sektor jasa keuangan perlu terus diperkuat guna memastikan stabilitas dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di daerah.

Menanggapi    hal tersebut, OJK Provinsi Sumatera Utara mendukung penuh program prioritas pembangunan yang dicanangkan oleh Gubernur Sumatera Utara, Muhammad Bobby Afif Nasution, dalam upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. OJK telah menyusun berbagai program strategis untuk memastikan sektor keuangan berperan aktif dalam menyukseskan agenda pembangunan tersebut. Dukungan ini diwujudkan melalui peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM, mendorong literasi dan inklusi keuangan di sektor pertanian dan pangan, serta memperkuat sinergi antara lembaga keuangan dengan proyek infrastruktur dan digitalisasi ekonomi.

Selain itu, OJK juga berkomitmen untuk memperluas cakupan layanan keuangan yang mendukung pencapaian Universal Health Coverage (UHC) melalui program asuransi kesehatan berbasis inklusi keuangan, serta mendorong inovasi keuangan hijau guna mendukung visi Sumut sebagai pusat bio-industri dan pariwisata global. Melalui penguatan sektor jasa keuangan, OJK memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tidak hanya berkelanjutan tetapi juga merata dan memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat di seluruh kabupaten/kota di provinsi ini.

Perkembangan Sektor Perbankan

Sektor perbankan di Sumatera Utara terus menunjukkan resiliensi, terutama dengan adanya peningkatan modal dan kestabilan likuiditas hingga Februari 2025. Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga. Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat masing-masing sebesar 99,94 persen dan 18,85 persen, masih dalam level yang aman melampaui ambang batas yang kesehatan bank sebesar 50 persen dan 10 persen. Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara.

Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat pada posisi Januari 2025 menjadi 30,76 persen (Desember 2024: 29,03 persen) untuk bank umum dan menjadi 29,05 persen (Desember 2024: 26,70 persen) untuk BPR. Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.

Penyaluran kredit dalam 4 bulan terakhir mengalami pertumbuhan yang kuat, hingga akhirnya mencapai pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 17,67 persen yoy, jauh melebihi pertumbuhan kredit Nasional sebesar 10,27 persen yoy. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus meningkat, mengindikasikan kemajuan ekonomi yang stabil.

Pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut ditopang oleh sektor produktif, setelah sebelumnya bergantung pada kredit konsumtif. Jumlah penyaluran kredit kredit produktif mencapai Rp213,27 triliun atau 70,78 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan yang tinggi sebesar 19,52 persen yoy. Pertumbuhan ini menunjukkan pergeseran struktur kredit yang lebih sehat dan berkelanjutan, dengan sektor produktif semakin menjadi motor utama ekspansi kredit, mengindikasikan meningkatnya kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi. Peningkatan kredit produktif terutama didorong oleh kredit Modal Kerja, yang berkontribusi sebesar 47,23 persen dari total kredit dan tumbuh 24,21 persen yoy. Sementara itu, kredit Investasi dengan porsi 23,55 persen mencatat pertumbuhan 11,12 persen yoy.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan kredit produktif terutama didorong oleh sektor Industri Pengolahan, yang mencatatkan jumlah pangsa (25,57 persen) dan pertumbuhan yang substansial (34,44 persen yoy), menjadikannya kontributor utama dalam pertumbuhan kredit periode ini. Dorongan utama berasal dari subsektor pengolahan minyak goreng kelapa sawit, yang tumbuh impresif sebesar 75,06 persen yoy. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan CPO di pasar internasional dan perbaikan harga komoditas tersebut.

Selain itu, upaya peningkatan produktivitas serta ekspansi lahan di Sumatera Utara turut memperkuat pertumbuhan kredit di subsektor ini. Inisiatif Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara melalui program pengembangan komoditas sawit, baik dari sisi perkebunan rakyat melalui skema SERAYA (Skema Pengembangan Sawit Rakyat) maupun perkebunan korporasi, semakin memperkuat peran subsektor ini dalam mendorong penyaluran kredit produktif.

Sektor Listrik, Gas, dan Air mencatatkan pertumbuhan kredit yang tertinggi pada periode ini, mencapai 141,58 persen yoy, menjadikannya salah satu sumber utama pertumbuhan kredit di Sumatera Utara setelah sebelumnya memiliki pangsa yang tidak signifikan. Lonjakan ini didorong oleh peningkatan investasi pada proyek subsektor Uap/Air Panas di Kabupaten Deli Serdang serta beberapa proyek ketenagalistrikan di Kota Medan yang membutuhkan pembiayaan besar. Pertumbuhan pesat di sektor ini mencerminkan peningkatan kebutuhan infrastruktur energi di Sumatera Utara, baik untuk mendukung industri maupun memperluas akses energi bagi masyarakat.

Upaya memperluas akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Hingga Januari 2025, total kredit yang disalurkan kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp80,50 triliun, tumbuh 2,82 persen yoy. Sebagian besar kredit dialokasikan ke segmen Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang menyumbang 79,92 persen dari total kredit dengan pertumbuhan 6,27 persen yoy.

Sementara itu, segmen Usaha Menengah berkontribusi 20,08 persen terhadap total kredit UMKM. Penyaluran kredit ini didominasi oleh sektor perdagangan, perkebunan kelapa sawit, dan pertanian padi, yang berperan penting dalam mendukung produktivitas dan penguatan sektor riil di Sumatera Utara.

Penyaluran kredit konsumtif terus menunjukkan tren peningkatan, berkontribusi signifikan terhadap pemulihan pertumbuhan kredit di Sumatera Utara. Hingga Januari 2025, kredit konsumtif tercatat mencapai Rp88,04 triliun, tumbuh 13,41 persen yoy. Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan konsumen dan akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan. Stabilnya tren pertumbuhan kredit konsumtif dalam setahun terakhir menunjukkan perbaikan daya beli masyarakat serta pemulihan ekonomi yang semakin solid.

Pertumbuhan kredit konsumtif didorong oleh peningkatan kredit rumah tangga lainnya dan multiguna, yang tumbuh 16,07% yoy, serta kredit kepemilikan rumah (KPR) sebesar 7,00% yoy dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang naik 14,41% yoy. Tren ini mencerminkan solidnya konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara, yang mendapat dorongan dari penyelenggaraan PON serta insentif makroprudensial yang berlanjut, seperti kelonggaran uang muka hingga 0%, insentif pembelian kendaraan listrik, dan program subsidi tiga juta rumah. Kombinasi faktor ini semakin memperkuat daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan kredit di sektor konsumsi.

Kualitas kredit perbankan pada Januari 2025 tetap berada pada level yang aman, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) net sebesar 0,78 persen, sedikit meningkat dibanding Desember 2024 yang tercatat 0,73 persen. Sementara itu, NPL gross tercatat sebesar 1,62 persen, meningkat tipis dari 1,58 persen pada Desember 2024, namun menurun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 1,93 persen. Perbaikan juga terlihat pada Loan at Risk (LaR), yang turun menjadi 6,39 persen dari sebelumnya 8,18 persen di Januari 2024. Penurunan LaR ini dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi, mencerminkan pemulihan kualitas portofolio kredit perbankan dan pengelolaan risiko yang lebih baik.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) terus mengalami peningkatan meskipun dengan pertumbuhan yang cukup moderat. Hingga Januari 2025, total DPK yang dihimpun mencapai Rp324,32 triliun, tumbuh 1,36 persen yoy. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan Tabungan sebesar 2,88 persen yoy serta Giro yang tumbuh 0,49 persen yoy. Dari sisi struktur, porsi terbesar DPK masih didominasi oleh Tabungan, yang berkontribusi 43,53 persen dari total DPK, diikuti oleh Deposito (40,00 persen) dan Giro (16,47 persen).

Perkembangan Pasar Modal

Pengumpulan dana melalui emisi di Pasar Modal dari perusahaan-perusahaan di Sumatera Utara mencapai Rp2,28 triliun. Penghimpunan ini melibatkan 11 perusahaan yang melaksanakan IPO, 1 perusahaan yang menerbitkan obligasi, serta 5 entitas usaha yang memanfaatkan skema pendanaan kolektif (securities crowdfunding/SCF).
Pada tahun 2024, OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengidentifikasi satu perusahaan dari sektor Pendidikan yang berpotensi melaksanakan IPO di Sumatera Utara pada 2025. Bertambahnya jumlah emiten saham di wilayah ini diharapkan dapat mendorong dinamika investasi lokal serta memperkuat ekosistem pasar modal di tingkat daerah.

OJK terus mendorong perusahaan-perusahaan sawit di Sumatera Utara untuk melakukan IPO sebagai langkah strategis dalam pengembangan komoditas sawit. Dengan melantai di bursa, perusahaan dapat meningkatkan akses pendanaan yang lebih luas dan transparan, sehingga dapat mendukung ekspansi bisnis serta meningkatkan daya saing industri sawit di pasar global.

Perkembangan investor di Pasar Modal telah menunjukkan pergerakan yang signifikan dari segi akses keuangan, sejalan dengan kemajuan teknologi dan penyediaan informasi keuangan. Hingga Desember 2024, terdapat total 615.28 single investor identification (SID) atau akun investor tercatat di Sumatera Utara, mencerminkan pertumbuhan sebesar 11,23 persen yoy. Dalam konteks instrumen investasi, reksadana menjadi pilihan yang dominan dengan jumlah investor terbanyak, mencapai 578.608, sementara instrument dengan pertumbuhan rekening tertinggi adalah Saham sebesar 20,94 persen yoy.

Berdasarkan golongan umur, distribusi rekening SID terbesar di Sumatera Utara terdapat pada golongan umur 18 s.d. 25 tahun atau lebih dikenal dengan demografi generasi Z, yaitu sebesar 33,92 persen dari total SID, diikuti dengan golongan umur 26 s.d. 30 tahun yang merupakan irisan antara generasi Z dan generasi Y (milenial), yaitu sebesar 23,52 persen. Selanjutnya, untuk golongan umur 31 s.d. 40 atau generasi Y memiliki porsi sebesar 24,19 persen dan untuk golongan umur 41 s.d. 100 atau campuran antara generasi X dan generasi baby boomer memiliki porsi paling kecil yaitu sebesar 18,37 persen.

Distribusi ini mencerminkan peran dominan generasi muda, terutama generasi Z yang tumbuh di era digital, dalam ekosistem pasar modal di Sumatera Utara, Hal ini menunjukkan bahwa demografi muda menjadi kunci penggerak utama pertumbuhan pasar modal di Sumatera Utara.

Jumlah saham yang dimiliki oleh investor (kepemilikan saham) di Sumatera Utara bertumbuh 6,16 persen secara yoy. Dilihat berdasarkan jenisnya, dengan kepemilikan saham dari investor berjenis institusi/perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 53,40 persen yoy.

Aktivitas perdagangan saham di Sumatera Utara sepanjang 2024 mencatat tren peningkatan yang konsisten, terutama sejak Juni 2024, mencerminkan semakin tingginya partisipasi investor di pasar modal. Pada Desember 2024, total nilai transaksi jual dan beli saham mencapai Rp17,21 triliun, menjadikannya bulan dengan nilai transaksi tertinggi dalam dua tahun terakhir. Secara kumulatif, nilai transaksi saham sepanjang Januari hingga Desember 2024 tercatat sebesar Rp111,03 triliun, tumbuh 17,69% dibandingkan 2023 yang mencatatkan nilai transaksi Rp94,34 triliun.

Peningkatan ini mencerminkan optimisme investor yang semakin kuat terhadap prospek pasar modal di tengah stabilitas makroekonomi dan tren suku bunga yang lebih akomodatif. Kebijakan Bank Indonesia yang mulai menjaga suku bunga acuan tetap stabil, serta pertumbuhan ekonomi yang solid di kisaran 5%, memberikan dorongan bagi pasar saham. Selain itu, akselerasi digitalisasi layanan investasi dan kinerja positif beberapa sektor unggulan seperti energi, perbankan, serta konsumer turut mendukung peningkatan aktivitas perdagangan saham.

Perkembangan Sektor IKNB

Nilai piutang perusahaan pembiayaan mencatat pertumbuhan yang stabil, mencerminkan keberlanjutan ekspansi sektor pembiayaan di Sumatera Utara. Hingga Desember 2024, total piutang mencapai Rp23,30 triliun, tumbuh 4,51% yoy. Sektor perdagangan menjadi penerima pembiayaan terbesar dengan porsi 31,05%, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 10,62%.

Dilihat berdasarkan jenis penggunaan, pembiayaan multiguna masih mendominasi dengan porsi 56,59 persen dengan pertumbuhan 2,93 persen. Selanjutnya, pembiayaan modal kerja mencatatkan pertumbuhan yang tinggi, yaitu sebesar 40,14 persen yoy, sementara pembiayaan investasi bertumbuh sebesar 4,19 persen yoy. Adapun risiko yang terkait dengan perusahaan pembiayaan tetap terkendali dengan rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) masih dapat ditahan dalam level yang terjaga sebesar 2,58 persen.

Pertumbuhan pembiayaan modal ventura pada Desember 2024 bertumbuh sebesar 16,94 persen yoy, dengan nilai pembiayaan tercatat sebesar Rp451 miliar (Desember 2023: Rp385 miliar).

Kinerja fintech peer-to-peer (P2P) lending hingga Desember 2024 terus mencatatkan pertumbuhan yang kuat. Outstanding pinjaman meningkat signifikan sebesar 52,08 persen yoy mencapai Rp2,66 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 29,89 persen yoy pada Desember 2023. Di sisi lain, risiko pembiayaan yang tercermin dari rasio TWP90 tetap terjaga pada level aman di 1,39 persen, turun dari 1,99 persen pada Desember 2023. Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan inklusi keuangan yang semakin luas, dengan teknologi P2P lending memungkinkan akses pembiayaan bagi segmen masyarakat yang sebelumnya kurang terlayani oleh lembaga keuangan konvensional, termasuk pelaku UMKM.

Penyaluran pembiayaan/pinjaman yang dilakukan oleh entitas IKNB yang berkantor pusat di Sumatera Utara terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Industri Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang terdiri dari 1 LKM dan 1 Bank Wakaf Mikro (BWM) mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 13,94 persen yoy pada bulan Januari 2025. Sementara itu, penyaluran pembiayaan tercatat mencapai Rp7,15 miliar dengan pertumbuhan 20,69 persen yoy. Berdasarkan target demografi, LKM lebih mengarahkan fokusnya pada pengembangan komunitas berpendapatan rendah yang produktif, sehingga memiliki jumlah pembiayaan yang lebih kecil dibandingkan dengan entitas finansial lainnya.

Entitas pergadaian, yang terdiri dari 1 pergadaian persero (PT Pegadaian) dan 23 perusahaan gadai swasta, mencatatkan total pinjaman sebesar Rp5,52 triliun hingga November 2024, tumbuh 30,51 persen yoy. Pada periode yang sama, terdapat tambahan 1 perusahaan gadai swasta baru yang terdaftar dan memperoleh izin dari OJK di Sumatera Utara, sehingga total entitas gadai swasta meningkat menjadi 23 perusahaan. Pertumbuhan ini mencerminkan perkembangan positif dalam ekspansi bisnis pergadaian serta peningkatan akses pembiayaan bagi masyarakat, khususnya kelompok berpendapatan menengah ke bawah. Keberadaan lebih banyak perusahaan gadai swasta juga diharapkan dapat mendorong kompetisi yang sehat dan memperkuat inklusi keuangan di wilayah Sumatera Utara.

Perkembangan Literasi dan Pelindungan Konsumen

Sejak Januari hingga Februari 2025, OJK Sumatera Utara menerima 354 pengaduan konsumen dari masyarakat di wilayah ini. Dari jumlah tersebut, 128 pengaduan terkait sektor perbankan, 108 terkait fintech P2P lending yang terdaftar di OJK, 59 terkait perusahaan pembiayaan, 55 berakitan dengan perusahaan asuransi umum atau jiwa, dan 4 terkait dengan sektor pergadaian.

Untuk menangani pengaduan yang diterima melalui Aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK), OJK Sumatera Utara terus berupaya menyelesaikan setiap laporan yang diterima, baik yang mengandung indikasi sengketa maupun pelanggaran. Seluruh 354 pengaduan yang telah diterima tersebut telah ditindaklanjuti sesuai prosedur yang berlaku.

OJK secara rutin mengevaluasi pengaduan yang diterima bersama dengan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK). Pada periode ini, topik pengaduan yang paling banyak disampaikan meliputi restrukturisasi pembiayaan, persoalan klaim asuransi, Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), dan perilaku petugas penagihan.

Menyikapi hal tersebut, OJK memberikan penekanan khusus kepada PUJK di Sumatera Utara untuk memberikan perhatian khusus terhadap topik-topik tersebut guna meningkatkan kualitas layanan konsumen. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan dan memastikan perlindungan konsumen yang lebih optimal.

Selama Januari hingga awal Maret 2025, Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara (KOMN) bersama dengan pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) telah mengadakan sebanyak 25 kegiatan edukasi keuangan yang berhasil merangkum partisipasi lebih dari 6.190 peserta di wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari kalangan mahasiswa, pelajar, pelaku UMKM, ibu rumah tangga, petani, masyarakat 3T, dan disabilitas.

Dalam rangka mengoptimalkan momentum Ramadan 1446 H, OJK kembali menyelenggarakan Gebyar Ramadan Keuangan Syariah (GERAK Syariah) 2025 sebagai bagian dari kampanye literasi dan inklusi keuangan syariah yang lebih luas dan merata. Program yang telah menjadi agenda tahunan sejak 2024 ini menghadirkan berbagai kegiatan edukasi keuangan syariah sepanjang Maret 2025, dengan sasaran beragam, mulai dari mahasiswa, santri, hingga masyarakat umum.

Beberapa agenda utama yang diselenggarakan mencakup Podcast Keuangan Syariah yang mengupas berbagai aspek perbankan syariah, IKNB syariah, serta pasar modal syariah. Selain itu, OJK juga menggelar sesi literasi bagi mahasiswa UMN Al-Washliyah Medan serta OJK akan menggelar kegiatan edukasi keuangan syariah untuk peserta dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara melalui kegiatan hybrid bersama industri jasa keuangan pada 13 Maret 2025 mendatang.

Sebagai bagian dari penguatan literasi keuangan syariah di tingkat akar rumput, OJK berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah dan Bursa Efek Indonesia akan menyelenggarakan edukasi keuangan syariah dan pasar modal bagi santri di Pondok Pesantren Bina Ulama, Kabupaten Asahan pada 18 Maret 2025 mendatang. Selain itu, GERAK Syariah 2025 juga diisi dengan berbagai kegiatan sosial, termasuk pembagian takjil oleh Ikatan Pegawai OJK (IPOJK) dan santunan anak yatim oleh Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (Forkom IJK-Sumut).
Mendukung Program Prioritas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

OJK terus memperkuat perannya dalam mendukung program prioritas pembangunan Sumatera Utara yang dicanangkan oleh Gubernur Sumatera Utara. Fokus utama OJK adalah memastikan akses pendanaan yang inovatif serta memperluas literasi dan inklusi keuangan untuk mendukung sektor infrastruktur, kesehatan, UMKM, ketahanan pangan, pendidikan, hingga penguatan bio-industri dan pariwisata. Melalui berbagai skema pembiayaan dan inovasi keuangan, OJK berupaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan inklusif.

Dalam sektor infrastruktur dan kesehatan, OJK mendorong pemanfaatan instrumen pendanaan alternatif seperti obligasi daerah, DINFRA, DIRE, dan RDPT untuk mempercepat pembangunan tanpa bergantung sepenuhnya pada APBN/APBD. Selain itu, literasi keuangan terkait perencanaan dana kesehatan terus diperkuat, baik bagi masyarakat umum maupun rumah sakit untuk memastikan keberlanjutan layanan kesehatan. Upaya ini sejalan dengan meningkatnya pembiayaan sektor kesehatan di Sumatera Utara, yang mencapai Rp2,42 triliun pada Desember 2024, tumbuh 29,09% yoy dengan pertumbuhan tertinggi di Nias Utara (616,18% yoy) dan Pematang Siantar (555,38% yoy).

Dalam mendukung pertumbuhan UMKM dan ekonomi daerah, OJK berperan aktif dalam memperkuat permodalan dan efisiensi BPR melalui merger dan konsolidasi, yang dalam lima tahun terakhir telah mengurangi jumlah BPR di Sumatera Utara sebanyak 9 bank. Selain itu, pembentukan Jamkrida Sumut juga menjadi prioritas untuk mempermudah akses kredit bagi UMKM, sementara Securities Crowdfunding (SCF) difasilitasi sebagai alternatif pendanaan berbasis digital, yang lebih fleksibel dan tidak memerlukan agunan.

Di sektor ketahanan pangan dan bio industri, OJK mencanangkan Program Pengembangan Perkebunan Sawit yang terdiri dari SERAYA (Skema Pengembangan Perkebunan Sawit Rakyat) untuk perkebunan sawit rakyat dan upaya peningkatan kredit komoditas sawit dan memperluas instrumen keuangan melalui IPO, RDPT, dan Bursa Karbon untuk perkebunan sawit korporasi.

Kredit perkebunan sawit per Januari 2025 mencatat pertumbuhan 25,81% yoy, melampaui tren tahun-tahun sebelumnya, sementara industri pengolahan sawit tumbuh hingga 75,06% yoy. Sementara itu, terdapat juga program SEJAGAT (Skema Pengembangan Jagung Rakyat Tangguh) untuk meningkatkan akses pembiayaan komoditas jagung dengan pendekatan closed-loop financing yang mencakup akses pembiayaan, pelatihan, dan kepastian offtaker.

OJK juga memperkuat sektor pendidikan dan pengembangan SDM melalui Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) yang menyasar daerah 3T dan penyandang disabilitas pada 2025, serta Sumut Smart Investor yang berfokus pada edukasi pasar modal untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap investasi legal dan berkelanjutan. Selain itu, program Recycling SDM Sektor Jasa Keuangan memastikan kesiapan industri menghadapi regulasi dan dinamika terbaru.

Di sektor pariwisata, OJK mendorong akses pembiayaan dan pelatihan bagi pelaku usaha wisata, termasuk di wilayah 3T seperti Kepulauan Nias, di mana kredit sektor pariwisata secara konsolidasi mencapai Rp74 miliar, tumbuh 23,40% yoy. Secara keseluruhan, kredit sektor pariwisata di Sumatera Utara mencatat pertumbuhan 8,51% yoy per Januari 2025, tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Dengan sinergi yang erat antara OJK dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, berbagai program prioritas daerah dapat didukung secara optimal memastikan keberlanjutan pembangunan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sistem keuangan yang inklusif dan stabil, pungkasnya. (r/red)

-