ASAHAN (Sumut) ketikberita.com | Reses dan Sosialisasi 4 pilar kebangsaan, kembali digelar oleh anggota DPR RI dari Partai Demokrat, DR. Hinca IP Pandjaitan, SH, MH, ACCS, di Daerah Pemilihan (Dapil) Sumut III, tepatnya di Balai Karyawan PT. Lonsum Perkebunan Gunung Melayu, dusun II, Desa Sei Piring, Kecamatan Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara, kamis (27/02/2025).
Dalam kesempatan itu, Hinca Pandjaitan menyampaikan materi Reses & Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, melalui perwakilannya Joko Panjaitan, selaku Wakil Ketua DPRD Asahan dari partai Demokrat, beserta tim Rumah Aspirasi Hinca, dihadapan ratusan peserta yang hadir, dari berbagai unsur kalangan masyarakat.
Di awal paparannya, Joko Panjaitan menyampaikan bahwa acara ini sekaligus mempererat silaturahmi dengan warga masyarakat Asahan, dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1446 H, dimana sebentar lagi umat muslim berkewajiban melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, yang tidak terlepas dari bingkai makna dari 4 pilar kebangsaan itu, dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

Keempat pilar tersebut merupakan pondasi bangsa Indonesia yang harus diterapkan dalam. Kehidupan sehari hari, kata Joko Panjaitan.
Dilanjukan oleh Joko (sapaan akrab Joko Panjaitan), satu hal penting perlu disikapi saat ini adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya pengaruh media sosial, merupakan tantangan serius bagi generasi muda bangsa Indonesia, terseret arus modernisasi.
Pesatnya perkembangan teknologi internet seperti media sosial saat ini, tentu ada dampak negatifnya bagi generasi muda kita.
Akibat pesatnya terpaan informasi media sosial, membuat banyak generasi muda saat jni yang berprilaku yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila.
“Salah satunya adalah gaya hidup hedon, suka pamer barang mewah di media sosial.
Selain sikap suka pamer, tambah Joko, generasi muda saat ini lebih mudah menyerah dan cepat patah semangat dalam menghadapi suatu tantangan di dalam kehidupan. “Sikap kegigihan dalam mengejar dan mencapai suatu impiannya, sudah mulai jarang terlihat di dalam generasi muda,” ujar nya.
Karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, kata Joko, generasi muda saat ini harus menerapkan nilai-nilai Pancasila di keseharian. Menumbuhkan sikap optimisme sangat diperlukan dalam menghadapi semua tantangan kehidupan. “Peran orang tua dalam mendampingi masa remaja mereka, masih tetap diperlukan dan jangan sampai berkembang tanpa pengawasan,” pesannya.
Joko juga menambahkan, internalisasi Pancasila harus merasuki dalam setiap jiwa generasi muda kita. Sebab mereka adalah generasi penerus bangsa di masa depan. “Melalui internalisasi ini, generasi muda bisa memiliki filter terhadap ideologi asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa kita,” katanya.
Oleh karena itu, dalam mempersiapkan tongkat estafet bangsa, negara ini membutuhkan anak-anak muda yang mandiri dan unggul dalam segala bidang. Perilaku hedonisme hanya akan menjerumuskan anak-anak muda dalam perilaku yang menyesatkan. “Untuk itu perlu pengawasan orang tua dalam mengarahkan perilaku mereka agar tidak menyimpang,” ujarnya.
Joko juga menjelaskan, internalisasi Pancasila bisa terbentuk jika kita memiliki rasa kemanusiaan yang merupakan sikap universal untuk mempertahankan martabat manusia. Oleh karenanya perlu komitmen dan konsistensi dalam menjalankannya di kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut Joko menegaskan, memperkuat rasa kemanusiaan dalam hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat penting demi menciptakan lingkungan yang lebih baik dalam hubungannya dengan sesama manusia dengan sikap yang lebih empatik dan peduli.
“Dengan menerapkan rasa kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita dapat berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli terhadap sesama manusia,” ungkap Joko.
Joko mencontohkan dalam prakteknya, menerapkan rasa kemanusiaan tanpa memandang latar belakang seseorang adalah suatu tindakan yang sangat mulia dan mendasarkan pada prinsip-prinsip kesetaraan, empati, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.
“Menolong tanpa harus bertanya tentang agamanya apa, sukunya apa, hal itu merupakan tindakan yang menghormati dan mendasarkan pada prinsip kesetaraan serta rasa kemanusiaan. Saat kita membantu seseorang, seharusnya tidak perlu menanyakan agama atau latar belakang mereka. Tindakan baik ini didasarkan pada nilai-nilai universal seperti empati dan toleransi,” Pungkas politikus muda partai Demokrat itu.
Diakhir Acara, Joko Panjaitan beserta tim Rumah Aspirasi Hinca, membagikan ratusan paket sembako kepada warga masyarakat yang hadir. (KBM)