KPPU Kanwil I Sumut dan Satgas Pangan Sumut Lakukan Monitoring Harga Komoditi Menjelang Lebaran

69

MEDAN ketikberita.com | Kepala KPPU Kanwil I Medan, Ridho Pamungkas menyebutkan ada beberapa komoditi yang perlu diwaspadai menjelang Idul Fitri 445 H, yakni bawang merah, bawang putih, beras, gula pasir dan minyak goreng. Hal ini dikemukakan oleh Ridho Pamungkas usai melakukan monitoring harga bersama Tim Satgas Pangan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) di Pasar Petisah Medan Selasa (2/4/2024).

Dari hasil monitoring diketahui di stand penjualan PD Pasar, tersedia Beras SPHP 5 Kg dengan harga Rp.57.500 dan minyakita untuk 2 liter di harga Rp.27.000. Sedangkan untuk ketersediaan gula pasir belum tersedia. Untuk harga ayam potong di tingkat konsumen saat ini di harga Rp.34.000/kg, meningkat dari sebelumnya di harga Rp.32.000/kg. Sedangkan harga daging sapi relatif stabil di angka Rp.130.000/kg. Komoditi yang mengalami kenaikan adalah di bawang merah yang saat ini dijual di harga Rp.40.000/kg dan bawang putih yang dijual di harga Rp.36.000/kg . Sementara produk hortikultura yang lain seperti cabe merah (Rp.42.000/kg), cabe rawit (Rp.14.000/kg) dan tomat (Rp.10.000/kg) relatif di harga yang stabil dan wajar.

Kenaikan harga bawang merah saat ini dipicu oleh kendala cuaca, yakni banjir dan air pasang di sentral produksi bawang merah di Brebes, Jawa Tengah. Hal itu menyebabkan gangguan produksi dan transportasi.

“Biasanya gangguan transportasi akan cepat teratasi. Namun yang dikhawatirkan adalah dampak banjir terhadap tanaman bawang. Hal itu akan memaksa petani melakukan panen dini sehingga kualitas menurun atau bahkan mengalami gagal panen sehingga suplai berkurang” kata Ridho.

Sementara untuk bawang putih, terdapat tren kenaikan harga meskipun harga di Sumut relatif lebih rendah dibanding harga di Jawa.

”Untuk bawang putih, HET sebesar Rp.32.000, sementara harga di lapangan sebesar Rp.36.000. Artinya sedikit diatas HET. Namun, karena ini komoditi import, maka simpul yang harus diwaspadai adalah di level importirnya. Apakah mereka sudah merealisasikan izin importnya atau ada faktor kesengajaan untuk menahan pasokan?” ujar Ridho.

Dilanjutkan, untuk harga beras saat ini mulai melandai. Hal ini seiring dengan masuknya beras dai Sulawesi dan Aceh. Ditambah lagi menjelang panen raya maka dipastikan beras-beras lokal akan masuk ke pasar. Yang justru harus diwaspadai adalah kebijakan Bulog dalam mendistribusikan beras ke masyarakat.

”Dalam kondisi panen raya dan pasokan melimpah, akan lebih baik Bulog mengurangi distribusi beras SPHP dan fokus pada penyerapan gabah petani. Hal ini untuk menjaga agar harga beli di tingkat petani nantinya tidak merosot tajam” tambah Ridho.

Terkait dengan harga minyak goreng yang selalu diperdagangkan di atas HET, Ridho menjelaskan hal tersebut dipengaruhi oleh realisasi eksport minyak goreng yang mengalami penurunan, sehingga realisasi domestic market obligation (DMO) juga mengalami penurunan, sementara HPP (Harga Pokok Produksi) mengalami kenaikan.

”Dari informasi pedagang, beberapa bulan yang lalu mereka sempat kesulitan mendapatkan produk minyakita, padahal kehadiran minyakita sebagai penyeimbang harga minyak goreng di pasar. Hal ini yang menyebabkan kesulitan dalam menyeimbangkan HET dengan harga pasar” ujar Ridho.

Dalam kondisi beberapa komoditi mengalami kenaikan harga, Ridho menghimbau agar pelaku usaha tidak melakukan praktek perdagangan curang yang menyebabkan harga semakin tinggi seperti melakukan penimbunan, penahanan pasokan, atau tindakan lain yang menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan merugikan konsumen. (red)

Artikulli paraprakTikTok Temui KPPU, Jelaskan Komitmenya untuk Persaingan Sehat
Artikulli tjetërTinjau Venue PON XXI wilayah Sumut, Ketum KONI Pusat Targetkan Juli 2024 Selesai