ACEH SINGKIL (Aceh) ketikberita.com | Konflik antara manusia dan buaya di Aceh Singkil sudah terjadi sejak 2007. Saat itu, seorang warga ditemukan tewas di sungai dengan luka parah di kepala dan tangan patah. Warga yang marah kemudian menangkap seekor buaya dan membawanya ke kantor bupati sebagai bentuk protes. Senin, 18/8/2025.
Peristiwa serupa terjadi lagi pada 29 Maret 2015. Seorang pencari lokan dari Desa Siti Ambia, Kecamatan Singkil, dilaporkan hilang setelah diterkam buaya di dekat muara sungai. Istri dan anak korban menjadi saksi mata, namun jasad korban tidak pernah ditemukan.
Puncak kemarahan warga terjadi ketika seekor buaya yang ditangkap kemudian dibakar. Warga yang menangkap buaya bahkan sempat menerima imbalan dari anggota DPRK Aceh Singkil.
Sempat muncul wacana untuk memindahkan buaya ke lokasi penangkaran, namun hingga kini belum terealisasi. Salah satu lokasi yang diusulkan adalah kolam milik Pemkab di belakang Stadion Kasim Tagok, Ketapang Indah, Singkil Utara.
Warga setempat tidak menolak rencana tersebut, asalkan penangkaran dibangun sesuai standar keamanan.
Kalau dibangun sesuai standar, kami setuju. Tapi kalau seperti sekarang, jelas kami menolak,” ujar Didi, warga sekitar.
Jika dikelola dengan baik, penangkaran buaya bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mencegah konflik sekaligus dikembangkan sebagai objek wisata edukatif. Pemerintah daerah diharapkan tidak menjadikan wacana ini sekadar reaksi saat konflik terjadi, tetapi sebagai langkah nyata pencegahan. (R84)