MEDAN ketikberita.com | Inflasi di sektor komoditi pangan bisa lebih terkendali. Hal ini terjadi, dikarenakan adanya berbagai inisiatif dari pemerintah daerah (Pemda) yang didukung oleh pemerintah pusat melalui pemanfaatan dana bagi hasil dan biaya tak terduga.
“Kami cukup optimis bahwa inflasi pangan bisa lebih terkendali. Meski disisi lain harga BBM (Bahan Bakar Minyak) memang sudah naik,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi, Jumat (30/9/2022) dalam acara Bincang Bareng Media (BBM) di lantai III gedung BI Sumut Jalan Balaikota Medan.
Namun, dikatakan Doddy, BI memperkirakan untuk keseluruhan tahun ini diakui inflasi akan lebih tinggi, terutama karena efek dari kenaikan BBM tersebut.
Satu hal disampaikan Doddy kembali, adanya faktor penahan terutama di bulan September 2022 ini yang mulai terlihat dan diharapkan akan terus berlanjut sampai pada akhir tahun yakni melalui dukungan berbagai program dalam menjaga produksi pangan.
Seperti misalnya, tambahnya, dengan optimalisasi penggunaan pupuk organik, peningkatan implementasi digital, mendorong produktifitas meningkat melalui dukungan teknologi, perbaikan pola tanam, optimalisasi peran-peran BUMN, BUMD dari sisi distribusi lewat penggunaan dana-dana APBD untuk subsidi, diikuti adanya pengawasan kelancaran distribusi, hingga pada peran BUMD untuk menjaga penyaluran produk-produk komoditas strategis tadi.
Lebih lanjut, dijelaskannya, berdasarkan perkembangan inflasi tahunan, dilihat dari tekanan inflasi Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Agustus 2022 dinilai mengalami penurunan, diketahui pada Agustus 2022 ternyata tekanan inflasi tahun Sumut sebesar 5,39% (yoy) lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatatkan angka 5,62% (yoy) namun masih berada diatas rentang target inflasi nasional 3+_1%.
Komoditas cabai merah dan angkutan udara masih menjadi faktor utama pembentukan inflasi tahunan Sumut pada bulan Agustus 2022. Berdasarkan disagregasinya inflasi tahun periode berjalan didorong oleh seluruh komponen inflasi, khususnya pada volatile food yang mencatatkan andil inflasi tertinggi sebesar 2,32% (yoy). Sementara untuk komponen core inflation dan administered prices mencatatkan andil masing-masing sebesar 2,09% (yoy) dan 1,08% (yoy).
Sementara, dibulan September 2022, inflasi Sumut secara bulan diprakirakan lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Masih tingginya curah hujan dan peningkatan sifat hujan dibulan September 2022, berpotensi mengganggu produktifitas dan mendorong kenaikan harga komoditas pangan.
Berlanjutnya kenaikan harga pupuk dan pakan ternak, kenaikan harga BBM pertalite, solar hingga pertama, serta tingginya harga gabah yang dapat mendorong kenaikan harga beras juga diprakirakan menjadi faktor pendorong pembentukan inflasi Sumut periode September 2022.
Disisi lain, penegasan Doddy Zulverdi, laju inflasi lebih tinggi dapat tertahan oleh berlanjutnya panen raya bawang merah dan aneka cabai, koordinasi tim pengendali inflasi pusat (TPIP) dan tim pengendali inflasi daerah (TPID) dalam gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (Gernas PIP) serta optimalisasi anggaran BTT (Belanja Tidak Terduga) untuk pengendalian inflasi didaerah. (red)