C20 SDG’s and Humanitarian Working Group International Multistakeholders

592

JAKARTA ketikberita.com | Terkonfirmasi melalui banyak laporan SDG’s bahwa untuk tahun kedua berturut-turut, dunia belum membuat kemajuan apa pun. Ini menyoroti bahwa situasi ini dalam 2 (dua) tahun terakhir telah mengakibatkan kemunduran besar akibat pandemi. Meski pandemi masih ada, masih ada krisis kemanusiaan dan bencana hadir akan tetapi itu tidak berarti bahwa kita harus pesimis, justru kita harus percaya bahwa kita bisa bangkit dari ini.

Pada Jumat (24/06/202) dan hari sebelumnya diadakan SDGs and Humanitarian Working Group International Multistakeholders dengan pembahasan utama “re-thinking G20 commitment on the interconnected SDGs-Humanitarian Nexus in the post-pandemic world”. SDGs and Humanitarian Working Group adalah salah satu platform di bawah Civil 20 Forum. Selain Working Group (WG) diskusi ini ada pula WG lain untuk gender dan ketimpangan, pendidikan, digitalisasi, anti-korupsi dan keuangan, vaksin, iklim, dan semua isu prioritas.

Kepresidenan Indonesia di G20 memiliki slogan: Recover Together, Recover Stronger, ini salah satu bukti semangat sebagai pesan utama bahwa terlepas dari semua pencapaian melalui vaksin covid-19 dan intervensi lainnya, bagaimanapun, dunia masih belum sepenuhnya pulih. Tujuan diadakannya diskusi ini adalah Policy brief yang akan dibuat dan digabungkan dengan WG lainnya untuk dijadikan masukan dalam Policy final Rekomendasi untuk Draf G20.

Arif R. Haryono selaku General Manager Advokasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa sebagai salah satu speaker di forum diskusi C20 memaparkan “Meningkatkan Kontribusi Filantropi dalam SDGs Blended dengan Pembiayaan dari jalur: Penerimaan pajak dalam negeri, meminjam dari pembangunan internasional, dan meminjam dari pasar modal swasta internasional. Dalam laporan tahun 2021 tetapi dirilis pada tahun 2022, Forum Zakat mengumpulkan data bahwa 147 anggota berkontribusi dalam SDGs, peran Zakat dalam SDGs: Fokus pada pendidikan, Nol kelaparan & nol kemiskinan,” paparnya dalam forum.

Memperbaiki interkoneksi antara SDGs dan hubungan kemanusiaan, tetapi juga menempatkan ini topik ke dalam konteks G20. Tidak hanya mengidentifikasi kesenjangan dalam keuangan tetapi juga masalah-masalah yang menantang dalam krisis kemanusiaan perspektif Indonesia terhadap krisis global Perang Ukraina salah satunya. Melihat krisis situasi untuk menemukan pemahaman yang lebih baik.

“Dompet Dhuafa melalui Zakat, Infak, Sodaqoh, dan Wakaf mendukung salah satunya peternakan dan lain-lain agar mereka dapat meningkatkan nilai dan harga mereka yang juga dapat mengarah untuk membangun pertanian mereka sendiri dan tumbuh lebih besar. Dalam rangka pencapaian target SDGs: Layanan – penyelamatan hidup darurat, hak-hak dasar, pemberdayaan – penguatan kapasitas, pengurangan kemiskinan, meminimalkan kesetaraan, Pembangunan – mata pencaharian, kesejahteraan, Advokasi – pemenuhan hak akses.

Intinya dalam konteks Indonesia, kita memiliki potensi yang sangat besar dan dinamika masyarakat sipil tumbuh dengan sangat cepat. Namun, karena peraturan yang ketat dapat menyebabkan hambatan dan kemunduran untuk target SDGs kita,” pungkas Arif. (r/red)

Artikulli paraprakRahasia Foto Terang di Wisata Malam Akhir Pekan
Artikulli tjetërTindak Lanjut Rencana Pembangunan Jembatan Kembar, Wabup Insyafuddin Tinjau Batas Tanah Calon Lokasi