MEDAN ketikberita.com | Menurut laporan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), jumlah timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 38,4 juta ton/tahun dengan sampah yang tidak terkelola sebesar 14,7 juta ton/pertahun. Hal ini mencakup 38,38% dari total keseluruhan sampah nasional.
Data tersebut sangat mengkhawatirkan bagi keberlanjutan hidup masyarakat kedepannya dan menjadi tanggung jawab berbagai pihak untuk mengatasi hal tersebut, khususnya bagi generasi muda yang merupakan penentu masa depan bangsa.
Pada kenyataanya isu lingkungan bukan hal yang baru untuk dibahas, namun sayangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan terbilang cukup rendah. Masih ditemukannya penumpukan sampah di berbagai daerah seperti di pemukiman warga, sungai, bahkan laut. Sampah-sampah tersebut menumpuk menjadi satu, menyebabkan bau yang tidak sedap hingga mengancam habitat laut,
Indonesia memerlukan agen penggerak yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Salah satunya seperti komunitas Seabolga yang lahir dari keresahan sekelompok anak muda terhadap penyebaran sampah di pesisir pantai Sibolga. Sibolga sendiri merupakan salah satu daerah pariwisata yang berada di pesisir barat Pulau Sumatera.
Komunitas ini pada awalnya bergerak dengan melakukan penyisiran sampah di pesisir pantai Sibolga, kemudian berlanjut melalui edukasi yang dilakukan tim Seabolga kepada masyarakat pesisir dengan pendampingan ke sejumlah keluarga.
Tidak hanya itu, Seabolga juga menyasar anak-anak sekolah dalam proses edukasi. Mereka sudah mengunjungi beberapa sekolah untuk memaparkan penjelasan terkait jenis sampah dan cara mengolahnya.
Meskipun berada di daerah pesisir, tidak menyurutkan semangat tim Seabolga untuk mengedukasi dan menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan. Hingga saat ini Seabolga sudah berhasil berkolaborasi dengan beberapa komunitas dan institusi lain, seperti Indonesia Indah Foundation dalam acara hari bersih Indonesia, Ecoxyztem dalam acara G2C2, Leads Indonesia dalam acara donasi buku, serta kegiatan menanam pohon bersama Garnier Green Beauty.
Seabolga juga pernah menjadi salah satu inisiator Pawai Bebas Plastik yang diikuti oleh beberapa pihak seperti Greenpeace, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Indo Relawan, Pulau Plastik dan beberapa pihak lainnya.
Sekelompok anak muda yang mendirikan Seabolga dikepalai oleh Yuli Efriani yang merupakan alumni dari Universitas Sumatera Utara jurusan teknik lingkungan. Nama Seabolga diambil dari penyebutannya yang mirip dengan kota Sibolga dan bertepatan dengan projek pertama yang dilaksanakan di Sibolga, “Projek pertama kita dilaksanakan di Sibolga dan pendirinya merupakan orang Sibolga, jadi kita ingin nama daerah ini tidak hanya menggambarkan sebuah daerah, tapi juga erat kaitannya dengan laut. Sehingga dapat meningatkan kita selalu bahwa Sibolga ini bakal jadi role model untuk pesisir yang lebih baik di Sumatera Utara” jelas Yuli Efriani selaku pendiri dari Komunitas Seabolga.
Saat ini Seabolga sedang berproses dalam melakukan perluasan, yang direncanakan akan diaktualisasikan tidak hanya di Sibolga tetapi juga di pesisir pantai Kota Medan, terkhususnya Belawan. Seabolga sendiri berharap, komunitas yang mereka dirikan dapat membawa dampak dan perubahan yang lebih baik terhadap lingkungan “Kami berharap dapat lebih banyak bertemu anak-anak muda yang ingin menjaga dan melestarikan lingkungan, melalui aksi nyata. Serta semoga dengan ini Seabolga dapat menjadi wadah edukasi lingkungan bagi semua” jelas Yuli. (Ayu Nabila Putri)