SERANG (Banten) ketikberita.com | Pembuatan tanggul di muara kali Cikopo Lama yang dikerjakan oleh orang-orang suruhan GT, selain mengganggu jalur lalu lintas perahu menuju dan kembali dari laut, kemudian ancaman banjir yang senantiasa mengintai desanya, namun ada lagi persoalan yang membuat warga desa Tenjo Ayu, kecamatan Tanara merasa perlu menjebol tanggul yang membuat sempit muara kali Cikopo Lama, yaitu persoalan isi perut, persoalan bagaimana dapat bertahan hidup dengan menggantungkan harapannya kepada hasil tangkapan udang dan ikan di empang (red-tambak).
Hal ini dituturkan oleh Tusi, warga Sepanjang desa Tenjo Ayu saat awak media memonitor kegiatan muspika kecamatan Tirtayasa dan Tanara pada Senin (12/06/2023).
“Sebelum adanya tanggul yang dibuat oleh pihak GT, penghasilan saya dari hasil tangkapan udang sekitar 300 ribu sampai 400 ribu dalam sehari, karena air pasang masih leluasa masuk ke empang yang saya garap”, Jelas Tusi.
Lanjutnya,”Air pasang itu masuk ke empang membawa udang dan ikan, disaat air surut udang dan ikan terperangkap kedalam wuwu (alat untuk menangkap ikan-red) yang terpasang pada setiap pintu air. Dari hasil menjual udang dan ikan itu saya bisa memberikan nafkah untuk keluarga”.
“Setelah adanya tanggul, mata pencaharian kami terganggu, udang dan ikan yang biasanya dikirim melalui air pasang ke empang tidak ada”, Sambungnya.
Mewakili suara nelayan dan penggarap empang, Pria paruh baya ini berharap kepada pemerintah untuk campur tangan terhadap persoalan yang sedang dihadapi oleh para nelayan dan penggarap empang, agar kehidupan mereka kembali normal.
“Harapan kami tanggul yang sekarang masih dalam tahap pengerjaan, dibuat minimal dengan lebar 20 meter, kemudian lumpurnya diangkat agar kedalaman air mencapai 3 meter, sehingga lalu lintas perahu bergerak dengan lancar dan ketika ada air pasang surut dapat berjalan dengan lancar, disamping itu juga desa kami dapat terhindar dari banjir”, Ungkap pria yang sejak muda bergelut di empang ini. (Ys/Den)